Minggu, September 13, 2015

Taman Budaya dan Pakdaya

author photo

Taman Budaya dan Pakdaya

Taman Budaya Padang
Taman Budaya Padang

Bila kita pergi ke sebuah Taman Bunga, disana akan kita temui beraneka ragam jenis bunga, mulai dari bunga yang etnik daerah tersebut, sampai bunga yang ada di seluruh belahan dunia ini. Bunga di taman pasti akan tumbuh subur, karena dirawat penuh telaten.

Jadi menurut pikiran saya, TAMAN itu adalah sebuah tempat khusus yang selalu dirawat dengan baik, karena kata-kata TAMAN itu akan berhubungan dengan keindahan, kesenangan dan kegembiraan. Seperti TAMAN KANAK-KANAK, TAMAN BERMAIN, TAMAN BUNGA, TAMAN CINTA, TAMAN SORGA, termasuk Taman Makam Pahlawan sekalipun yang sekarang banyak menjadi destinasi wizata religius/ ziarah.

Bagaimana dengan Taman Budaya?

Taman-taman budaya yang ada hampir disetiap provinsi di Indonesia ini, lahir dengan dasar keputusan  Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor : 0276/0/1978 tanggal 1 April 1978 tentang Tugas dan Fungsi Taman Budaya dan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor: 0221/0 /1991 tanggal 23 April tentang penyempurnaan struktur organisasi kantor/satuan kerja.

Salah satu Taman Budaya itu adalah Taman Budaya Padang, yanmg merupakan sebuah UPT dari Dinas Pendidikan dan Kebudaya Provinsi Sumatera Barat ( sebelumnya UPT dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumbar). Bila saya punya waktu senggang, biasanya saya sempatkan diri untuk duduk-duduk sambil menikmati TESELA ( TEh SElayang gulA)  di kadai papi Monon atau di Kadai Datuk Kardi Tentu saya mengetahui juga tentang kegiatan budaya yang digelar di Taman itu.

Dalam pikiran saya, Taman Budaya itu adalah semacam galery budaya yang ada di Sumatera Barat ini, Berbagai seni dan Budaya yang ada di 19 kota atau kabupaten yang ada di provinsi ini akan bisa kita saksikan pertunjukannya di Taman Budaya ini, Sekurang-kurangnya tiap minggu masyarakat akan berbondong-bondong menikmati atraksi budaya yang ada  di Sumatera Barat  di Taman ini. Dan mereka yang hari-harinya dihabiskan untuk berkomitmen di seni dan budaya akan mendapat tempat yang sejahtera di kehidupan mereka.

Tapi yang saya tahu, Taman Budaya Padang sangat minim kegiatan, kalaupun ada pertunjukan budaya, hanya pertunjukan teater, tarian atau pameran lukisan yang sangat minim sekali penontonnya. Setiap pertunjukan yang diadakan biasanya memakai dana APBD, dan penontonnya hanya itu ke itu saja. Karena yang menonton hanya yang di undang, bukan mereka yang benar-benar mau menonton yang rela membeli karcis untuk menyaksikan tontonan itu.

Saya pernah dulunya diskusi dengan seseorang yang waktu itu jadi pimpinan Taman Budaya tersebut, bagaimana Taman Budaya ini bekerjasama dengan media yang ada di kota Padang, apakah itu media cetak, media radio dan televisi untuk bersorak-sorak agar masyarakat penonton ramai melihat pertunjukan disana. Jawaban yang saya dapat hanyalah klise saja, " TIDAK ADA DANA". Memang, setiap pertunjukan yang ada disana, sosialisasinya hanya sebatas spanduk yang di pajang di sekitar Taman Budaya tersebut.

Kalaupun ada kelompok seni yang mau melakukan pertunjukan di Gedung Pertunjukan Taman Budaya itu yang tidak di danai oleh APBD, mereka harus bayar sewa sesuai dengan aturan yang ada.

Beberapa bulan yang lalu di tahun 2015 ini, Gubernur Sumbar telah meletakkan batu pertama untuk pembangunan Taman Budaya ini dengan rancang bangun yang lebih megah lagi, kabarnya kemegahannya nanti akan menyamai gedung pertunjukan yang ada di Sidney Australia. Sana  Dana awal yang di sediakan sebanyak 13 Milyar, sampai selesai akan menghabiskan dana sebanyak 2 trilyun. Dan namanya tidak lagi Taman Budaya tapi menjadi Cultur Center.

Saya jadi teringat akan cerita Surau  Balenggek, sebuah surau kayu tapi bertingkat, dibawahnya tempat beribadah, mengaji dan belajar agama. diatasnya tempat tidur para murid dan garin surau. Ketika banyak murid yang pernah belajar di surau itu pada sukses semua, mereka bersepakat merubah surau itu menjadi sebuah bangunaan yang megah, dan nama Surau Balenggek dirubah menjadi Storey Surau  (Surau Bertingkat). Ketika Surau Balenggek itu sudah menjadi Storey Surau dengan bangunan beton yang sangat megah. Sorey Surau menjadi lengang dan mati suri.

Kata guru saya, " Selesaikan persoalan dengan memahami penyebabnya. Buatlah perencanaan tanpa mencabut akarnya".

Demi ambisi, terkadang kita melupakan tradisi
Demi globalisasi kita rela kehilangan identitas diri.....


Padang, 14 September 2015
Afma Tampan



















This post have 0 komentar


EmoticonEmoticon

Next article Next Post
Previous article Previous Post

Advertisement