Sabtu, September 05, 2015

Kurenah : Pilkada dan Dukun Politik

author photo

Kurenah : Pilkada dan Dukun Politik

ilustrasi dukun politik
ilustrasi dukun politik

Tanggal 9 Desember 2015 sudah ditetapkan oleh KPU sebagai hari pencoblosan. Para paasangan calon dan tim sukses yang dibentuk akan berusaha untuk menarik simpati masyarakat. Warga yang mempunya hak pilih adalah target  untuk didekati. Suara masyarakat menjadi sangat penting, tanpa memandang status sosial mereka. Rakyat badarai, pejabat, para profesional dan pengusaha sama nilai suaranya.

Pilih satu atau dua
pilih tiga empat lima
pilih..pilih..pilih....
dipilih dipilih dipilih....!

Ibarat sebuah permainan, supaya permainan fair maka dibuatlah aturannya. Begitu juga Pilkada, semua pasangan calon harus mematuhi aturan yang dibuat. Siapa yang melanggar bisa di diskualifikasi atau disengketakan ke Mahkamah Konstitusi.  Pengaduan pelanggaran yang dibuat harus didukung oleh bukti dan saksi, jadi bukan sembarang mengadu saja tentunya.

Untuk menang, pasangan calon harus paham betul akan aturan itu, sebenarnya memahami aturan tujuannya untuk dipatuhi, tapi ada juga yang tujuannya untuk dilanggar tapi tidak kena sanksi. Istilah selentingan ditengah masyarakat, " Aturan itu untuk dilanggar. Jangan mencoba untuk maling kalau akan ketahuan juga".

Pasangan calon dan tim suksesnya pasti akan berusaha keras untuk memenangkan pemilihan, berbagai cara pasti akan dicoba. Mereka menyakinkan masyarakat dengan fisi dan misi dan program kerja, menebar pesona dan terkadang menebar-nebarkan uang juga.

Tim-tim sukses akan sibuk mendekati tokoh-tokoh kunci atau orang berpengaruh ditengah komunitas masyarakat, tujuannya pasti untuk mengarahkan suara memilih pasangan yang mereka dukung. Tokoh-tokoh kunci itu ada yang berkomitmen bahwa mereka akan mensukseskan pilkada dan memberi pencerahan kepada masyarakat atau komunitasnya agar memilih siapa yang mereka suka. Tapi ada juga yang berpihak, mungkin karena janji atau kontrak politik, atau karena uang atau tekanan tertentu.

Kemaren (5//9/15), saya membaca di media sosial, seseorang yang dianggap sesepuh didunia kesenian dan budaya didaerah ini, membuat status untuk mendukung salah satu pasangan gubernur. Kemudian saya membaca komentar yang mencela sesepuh tersebut. Sebenarnya tindakan sesepuh itu tidak ada yang salah, tapi mungkin tidak patut saja.Karena memang, seniman, ustad/ mubaligh  dan guru masyarakat lainnya  adalah sepatutnya milik semua golongan  masyarakat, bukan milik kelompok tertentu.

Kata guru saya, memakan anak ayam yang baru menetas itu tidak salah, tapi tidak patut saja dilakukan.


"Dek raso dibao naik
pareso dibao turun
sa ukua mako sasuai
kok mungkin alun ka patuik......". 

Sebulan yang lewat, saya berjumpa dengan seorang teman masa kuliah, dia menyampaikan bahwa dia mempunyai seorang bapak angkat yang bernama  Arif ( nama samaran) yang mempunyai kemampuan supranatural. Arif ini mempunyai kekuatan bisa mengarahkan hati dan pikiran masyarakat untuk memilih seseorang saat pilkada secara masif. Untuk menyakinkan saya dia memberikan informasi tetntang bupati didaerah A dan B yang telah berhasil ditolongnya ketika pilkada kemaren. Menurut teman saya itu lagi, jasa pak Arif ini sering juga dipakai oleh pasangan calon  di banyak provinsi di negara ini, " Saat pemilihan presiden kemaren, dia juga dipakai oleh  salah satu tim sukses pasangan calon presiden.", kata teman saya itu menyakinkan penuh semangat.

Sebelumnya saya juga pernah dengar cerita salah seorang calon legislatif bahwa dia  mempunyai kenalan seorang dukun sakti yang mempunyai Teropong Dewa, yang bisa memastikan seseorang duduk atau terduduk.

Banyak lagi cerita tentang dukun politik ini, untuk mendapatkan jasa mereka maka pasangan calon harus bersedia merogoh kantong yang luar biasa banyaknya sebagai mahar...... Entahlah, untuk mendapatkan kekuasaan terkadang bisa buta mata hati seseorang.

Dunia poitik yag harusnya mencerdaskan masyarakat, tapi sering tergelincir menggilas nilai-nilai kearifan lokal yang hidup selama ini ditengah masyarakat. Harta dan Kuasa telah memporak-porandakan kita yang berkarib dan berdunsanak. Sistem telah melahirkan pemimpin yang terjebak memperhatikan orang dekat dan kelompoknya.

Dimanolah kain ka baju
di ukua mako tak sadang
takanak mako di ungkai
   dimanolah nagari ka maju
   masyarakat di buek centang parenang
   rakyat badarai samakin sansai.........

Padang, 6 September 2015
Afma Tampan Malin Marajo















This post have 0 komentar


EmoticonEmoticon

Next article Next Post
Previous article Previous Post

Advertisement