Selasa, September 22, 2015

Idul Adha Membingungkan ?

author photo

Idul Adha Membingungkan ?


Idul Adha
Idul Adha

Saya pernah mendengar wejangan Ustadz bahwa hari raya yang paling besar bagi umat Islam adalah hari raya Idul Adha atau hari raya Haji. Dalam hitungan bulan Hijrah, jatuh pada tanggal 10 Zulhidjah. Puluhan juta umat Islam berangkat ke tanah suci Mekah untuk menunaikan ibadah Haji. Bagi yang tidak melaksanakan Ibadah Haji, umat Islam menunaikan Shalat Idul Adha di lapangan atau di mesjid masing-masing.

Dikampung saya, ada dua buah Surau yang jamaahnya biasa selalu menetapkan 10 Zulhidjah ini sehari-atau dua hari mendahului ketetapan pemerintah. Jamaahnya banyak yang berasal dari luar kampung saya. Saat 10 Zulhidjah yang sesuai dengan ketetapan pemerintah, semua kami bergembira kelapangan atau kemesjid untuk menunaikan shalat Idul Adha. Tidak ada terdengar hari raya Perti atau Muhamadyah atau Pemerintah. Masa-masa seperti itu masih saya rasakan sampai tahun 1998. Saat reformasi, semuanya berubah, tidak saja merubah tatanan demokrasi, juga merubah keputusan ketetapan hari raya. Muhamadyah selalu bikin beda di era reformasi.

Bapak saya orang Muhamadyah, dia dikenal sebagai tokoh Muhamadyah di Padang pnggir Kota, bila menjelang hari raya Idul Fitri atau Idul Adha, saya selalu melihat beliau sibuk berkordinasi dengan tokoh-tokoh agama di Padang pinggir kota untuk memeriahkan hari besar umat Islam. Bapak saya tidak sempat menikmati ketetapan hari raya yang sering kacau ini, beliau meninggal tahun 1987.

Hari ini, 23 September 2015, adalah 10 Zulhidjah menurut Muhamadyah. Jemaah Mesjid atau Mushalla dikampung saya ikut Muhamadyah. Menurut saya hari ini adalah hari yang paling sangat membingungkan.

Kenapa tidak?

Kabarnya pegawai negeri di lingkungan pemko wajib masuk kerja, para pimpinan akan sidak, pegawai yang tidak hadir akan di beri sanksi.

Anak-anak sekolah di intruksikan wajib hadir sekolah, yang tidak hadir kabarnya juga akan diberi sanksi. Kabarnya ada juga pihak sekolah yang bijaksana dan bijaksini, bagi yang hari raya rabu harus masuk sekolah hari kamis, yang raya kamis harus masuk sekolah hari rabu. " bingung, bingung memikirkan...", kata syair lagu perdamaian.

Kalau tarikat syatariah dan Nagsabandi menetapkan hari raya sesuai dengan keyakinan mereka, itu mungkin bisa diterima, karena pengikut/ jamaah surau mereka hanya beberapa orang tua saja.

Tapi kalau organisasi umat yang besar tidak mau berkompromi dengan pemerintah?

Apapun alasannya, kita butuh pimpinan umat di negara ini seorang Negarawan. Negarawan yang mampu memberikan kebahagian bersama pada umatnya yang merupakan penduduk sebuah Negara.

Padang, 23 September 2015.

Afma Tampan


This post have 0 komentar


EmoticonEmoticon

Next article Next Post
Previous article Previous Post

Advertisement