Rabu, Oktober 07, 2015

Maghrib Mengaji

author photo

Maghrib Mengaji

Maghrib Mengaji
Maghrib Mengaji

Selama tiga hari kami melakukan survei lapangan untuk mengetahui kehidupan Rumah Tangga Miskin ( RTM ) yang ada di kota Padang.  Tujuan dari Survei dimaksud untuk mendapatkan data yang dibutuhkan guna pembuatan skenario film dokumenter RTM di kota Padang. Kegiatan yang difasilitasi oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Keluaga Berencana ini melibatkan beberapa dinas dan instansi lain  yang menjadi anggota tim, yaitu; Dinas Pendidkan, Dinas Kesehatan, Bapeda, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Sosial dan Tenaga Kerja, Dinas Pertanian, kehutan dan perkebunan serta saya sendiri yang akan ditunjuk untuk menggarap film dokjmenter dimaksud.

Dari 11 Kecamatan yang ada dikota Padang, tim mengambil 10 RTM sebagai sampel, RTM di maksud tersebar di tiga  kawasan di kota Padang, yatu RTM yang tinggal di kawasan pertanian, dikawasan pesisir dan Kawasan Perkotaan.

Ada beberapa hal yang menarik yang kami dapati selama melakukan survei tentang potret RTM yang kami kunjungi.

Secara teori, sebuah keluarga dikatakan miskin bila pendapatan yang diperoleh tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka, yaitu kebutuhan untuk makan, kebutuhan untuk pakaian dan kebutuhan untuk tempat tinggal atau perumahan, Disebabkan penghasilan yang didapat tidak cukup untuk menutupi kebutuhan secara layak, maka umumnya RTM tinggal di rumah yang tidak layak, memakai pakaian seadanya dan makan makanan yang tidak cukup gizinya.

Banyak program yang sudah dilakukan pemerintah untuk membantu beban keluarga miskin, seperti bantuan langsung biaya hidup, bantuan permodalan, bantuan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dan pendidikan, program makanan bergizi di sekolah, beras miskin sampai bedah rumah. Begitu banyak pogram dan bantuan untuk masyarakat miskin, namun angka-angka kemiskinan cendrung tetap saja malahan ada yang bertambah setiap tahunnya.

Bantuan yang diberikan pada masyarakat miskin tidaklah akan merubah kehidupan mereka menjadi lebih baik atau menjadi mampu bila mereka sendiri tidak mau untuk berobah. Program bantuan yang selalu dianggarkan pemerintah untuk masyarakat miskin akan menjadi sia-sia bila sikap sebahagian besar orang miskin itu sendiri menjadikan kemiskinan sebagai obyek untuk selalu mendapat belas kasihan. Kenyataan banyak kita temui orang yang sehari-hari bertopeng kemiskinan, menjadi pengemis dikota-kota tapi mempunyai rumah kontrakan dan fasilatas mewah lainnya.

Saat survei, kami menemui fenomena yang demikian, RTM yang selalu mendapat program atau bantuan penanggulangan kemiskinan tapi tetap miskin-miskin juga. Dilain tempat, kami menemui RTM miskin, tapi selalu bekerja keras dan tak mau mengharapkan bantuan orang lain, pendidikan anak-anak mereka tetap jadi prioritas merek walau hidup miskin, anak- anak mereka pada sukses pendidikannya.

Ada sebuah RTM yang kami temui, Sang bapak bekerja menjual mainan anak-anak dari sekolah ke sekolah, sang ibu hanya mengurus rumah tangga saja. Mereka mempunyai anak sebanyak lima orang, yang tertua kuliah di fakultas kedokteran Unand lewat program bidik misi, nomor 2 kuliah di politeknik Unand lewat program bidik misi juga, nomor tiga di SMA dan selalu juara, nomor empat di SD dan juara juga dan nomor lima belum sekolah.

Saaat saya tanyakan apa resepnya mendidik anak-anak sehingga tetap punya prestasi disekolah walau secara ekonomi mereka tidak mampu, dengan singkat bapak lima anak itu menjawab" selalu bekerja ikhlas dan bersyukur dengan apa yang didapat, tidak pernah meninggalkan shalat lima waktu dan mewajibkan semua anak-anak mengaji atau membaca Alquran  setelah sahat maghrib".

Sesungguhnya program penanggulangan kemiskinan yang digulirkan pemerintah hanyalah pancingan untuk berobah bangkit dari kemiskinan. Apapun program yang digulirkan untuk menghapus kemiskinan akan sia-sia saja kalau tak ada keinginan dari RTM untuk berobah keluar dari kemiskinan.

Tuhan tidaklah akan merobah nasib setiap oarang atau nasib suatu kaum kalau dia sendiri tidak mau untuk merobahnya.

Padang, 8 Oktober 2015
Afma Tampan




This post have 0 komentar


EmoticonEmoticon

Next article Next Post
Previous article Previous Post

Advertisement