Ilustrasi Calon Gubernur |
Soal pilih memilih, orang Sumbar bukan sesumbar, tapi memang nomor satu. Soalnya dari dulu orang Sumbar berpantang memilih kucing dalam karung. Sebelum memilih mereka akan menungkup telentangkan dulu, di indang di tempis tareh, dipilih atah ciat-ciat, terkilat ikan dalam air sudah tahu jantan betinanya.
Misalnya memilih apa sajalah, memilih minantu, memilih pemimpin, memilih barang dagangan dan lainnya. “ Dipilih! dipilih! dipilih……!. kalau kita mendengar himbauan seperti itu di pasar, di pastikan itu adalah suara orang awak.
Kalau kita sedikit bernostalgia budaya, dalam hal pilih memilih. orang awak ini sangat bijaksana sekali, tidak banyak kelontong pentongnya. Memilih minantu misalnya, syarat yang diajukan tidak banyak, biasanya yang ditanya; apakah dia shalat?, kemudian baru dilanjutakan dengan pertanyaan berikutnya yaitu, siapakah mamak dan ibu bapaknya?.
Pertanyaan apakah dia shalat itu sangat penting, karena dalam Alquran perintah dirikan shalat umumnya disambung dengan perintah bayarkan zakat. Artinya orang yang shalat pasti terjauh dari perbuatan keji dan mungkar, dan orang yang shalat akan selalu terbuka rezki yang berkah dalam setiap usahanya, sehingga dia akan senantiasa mengeluarkan zakat dari rezki yang diperolehnya.
Tentang pertanyaan siapa mamak dan ibu bapaknya berhubungan erat dengan urusan bibit, bobot dan bebet. Hal ini disebabkan orang awak sangat yakin bahwasanya buah yang jatuh dipastikan tak akan jauh dari batangnya.
Kalau memilih pemimpin atau gubernur bagaimana pula caranya?
Dalam masyarakat adat Minangkabau, pemimpin itu adalah didahulukan selangkah, ditinggikan seranting, artinya dia tidak pernah merasa jauh dari orang yang dipimpinnya, begitu juga sebaliknya.
Pemimpin itu tingginya karena di anjuang dan gadangnya karena di amba, artinya masyarakat yang dipimpin sangat menghormati siapa yang memimpinnya, karena masyarakatlah dia berkuasa, dan dia sangat paham juga bahwa kalau masyarakat tidak percaya lagi sama dia maka kekuasaannya itu akan diambil lagi oleh masyarakat. Karena prinsip masyarakat adat; Raja alim disambah dan Raja lalim disanggah.
Memilih pemimpin dalam persukuan Minangkabau, sudah ada sistimnya yaitu patah tumbuh hilang baganti
Memilih pemimpin untuk masyarakat Sumatera Barat bagaimana pula?
Pemimpin itu harus gadang tumbuh..!
pemimpin itu bukan masak di karbit…!
Sekali air gadang sekali tapian berobah. Sekali lagi kalau kita bernostalgia budaya, orang awak dulunya dalam memilih dan mengambil sebuah keputusan untuk bersama selalu dengan azaz musyawarah dan mufakat, prinsip ini sangat dijunjung tinggi. Tiba dimata tak dipicingkan, tiba diperut tak dikempiskan. Memimpin adalah amanah, bukan untuk menggunakan kesempatan mengambil keuntungan pribadi atau kelompok.
Karena memimpin adalah amanah, maka sang pemimpin itu akan selalu bekerja keras untuk memimpin masyarakatnya, demi kemajuan dan kesejahteraan bersama. Untuk mengetahu keadaan orang yang dipimpinnya, maka dia akan sering berada ditengah masyarakatnya, baik secara resmi maupun tidak. Seperti Umar bin Khatab yang suatu ketika menyamar ditengah masyarakat, dia sangat merasa bersalah karena menemui seorang ibu yang memasak batu untuk menyenangi hati anaknya yang terus menangis karena kelaparan. Melihat keadaan yang sangat miris tersebut, Umar bin Khatab langsung ke baitul mal dan mengambil sekarung gandum dan dia sendiri yang menyandang karung yang berisi gandum tersebut untuk diberikan pada sang ibu tadi.
Sekarang sering kita dengar ocehan ditengah masyarakat, pemimpin itu hanya dekat dengan masyarakat saat masa pemilihan saja untuk mendapatkan dukungan suara. Kalau sudah terpilih, maka dia tak akan mengenal lagi masyarakatnya. “ ditelpon tak mengangkat, di sms tak dibalas”.
seperti sebuah plesetan, “ Pil KB kalau lupa jadi, Pilkada kalau jadi Lupa”.
Ada kawan yang menyarankan saya, supaya ikut dalam tim sukses, karena kapal yang akan didukung ini pasti kan berlayar. Kalau saya tak ikut jadi pendukungnya maka saya akan meyesal jadinya.
Selentingan saya juga mendengar bisik laseh dikalangan para PNS atau penyebutan sekarang ASN, “
Pilih IP, NA atau MK, FB?”.
Kalau yang didukung menang mungkin karir jabatan akan bagus, tapi kalau tak menang alamat karir jabatan masuk kotak atau non job.
Kalau tak ikut jadi tim sukses maka di cap tak punya pendirian. Alamak, betul sangat dilematis…!
Pusing-pusing mikirin siapa yang akan dipilih…..?
Keatas tidak berpucuk, kebawah tidak berurat, ditengah digirik kumbang pula…..?
ikuti saja saran saya ini;
PILIHLAH ORANG YANG MENCINTAI DAN MENYAYANGI ANDA, YANG BILA DI TELPON DIANGKATNYA, BILA DI SMS DIBALASNYA, BILA ANDA MENANGIS DIA TAK TERTAWA, BILA DIA MENANGIS ANDA TERHIBA-HIBA………!
Selamat memilih….!
Afma Tampan
This post have 0 komentar
EmoticonEmoticon